Akreditasi : B Nomor Akreditasi: 3250/SK/BAN-PT/Akred/PT/IX/2017
Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB)
Syailendra berdiri atas prakarsa Bhikkhu Jotidhamo Thera, M.Hum., selaku Padesanaya (Ketua Bhikkhu Daerah
Pembinaan) Sangha Theravada Indonesia Provinsi Jawa Tengah. Latar Belakang berdirinya STAB Syailendra karena pada 1998
STAB Mpu Tantular, Buntu, Banyumas sebagai
tempat Bhikkhu Jotidhammo Thera, M.Hum.,
mengajar Pendidikan Agama Buddha telah berhenti beroperasi. STAB Mpu Tantular pada pada awalnya secara umum merupakan sekolah
tinggi yang terkenal di kalangan umat Buddha
sekitar Buntu, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen,
Cilacap, dan sekitarnya. Bhikkhu Jotidhammo Thera, M.Hum., mengajar dan menyertai dalam pembuatan kurikulum, pembuatan
kalender akademik, dll. Di STAB Mpu Tantular
Bhikkhu Jotidhamo Thera, M.Hum., mengajar bahasa
Pali, Riwayat
Hidup Buddha Gotama, Vinaya, Sutta, Abhidhamma, Sejarah
Agama Buddha, Samadhi, dan/atau seluruh pelajaran yang berkaitan dengan
keagamaan Buddha sejak 1990 mulai berdiri sampai dengan berhenti beroperasi 1998. Pengalaman dan ketertarikan
mengajar tersebut yang membuat cita-cita Bhikkhu
Jotidhammo Thera, M.Hum., meneruskan keberlangsungan STAB Mpu Tantular.
Persiapan berdirinya STAB Syailendra
diawali dari 1999, kemudian 2000 mengurus perizinan, dan 2001 dimulai
pembukaan. Selain atas dasar meneruskan
keberlangsungan STAB Mpu Tantular berdirinya STAB Syailendra juga didasarkan pemikiran dari Bhikkhu Jotidhamo Thera, M.Hum.,
terkait bagaimana kemajuan sumber daya manusia
umat Buddha khususnya di Jawa Tengah dapat
memperoleh pendidikan tinggi yang bercorak agama Buddha. Latar belakang tersebut juga didasarkan pada hasil pengamatan
terhadap para pemuda Buddhis di beberapa daerah
di Provinsi Jawa Tengah yang sebenarnya memiliki
potensi untuk dapat melanjutkan pendidikan formal jenjang perguruan tinggi. Peningkatan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan budi pekerti para pemuda Buddhis
dapat dimajukan melalui kuliah di sekolah tinggi
agama Buddha. Melalui kemampuan yang dimiliki pemuda
Buddhis dapat mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian yang layak. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang tersebut,
mendorong Bhikkhu Jotidhammo Thera, M.Hum.,
untuk menyelenggarakan pendidikan perguruan
tinggi agama Buddha. Pemilihan nama Syailendra mengacu pada Candi Borobudur yang merupakan karya dari Wangsa Syailendra.
Wangsa Syailendra telah memberikan sejarah
perkembangan agama Buddha di Jawa Tengah dan Indonesia. Candi Borobudur telah
menunjukan keagungan dan kebesaran agama Buddha
pada waktu tersebut. Dengan digunakannya nama Syailendra
terdapat harapan supaya ajaran agama Buddha dapat bertahan lama di dunia.
Kuliah perdana STAB Syailendra pada 10 September 2001 dilaksanakan dengan menggunakan ruang serba guna di bawah kuti Wihara Tanah Putih. Pada 20 April 2003 kegiatan perkuliahan berpindah di Gedung Dasa Paramitta sebagai kampus STAB Syailendra di Dusun Deplongan, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penempatan gedung baru tersebut ditandai dengan diresmikannya Gedung oleh Drs. I Wayan Suarjaya, M.Si., selaku Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha Departemen Agama Republik Indonesia, dan dihadiri beberapa bhikkhu anggota Sangha Theravada Indonesia, beberapa biksu anggota Sangha Mahayana Indonesia, para donatur, pejabat terkait, tokoh lintas agama, dan umat Buddha di Kabupaten Semarang.
STAB Syailendra secara legal berada di bawah Yayasan Sammasambodhi yang berkedudukan di Semarang-Jawa Tengah, dengan akta notaris Tri Joko Subianto, S.H. No. 85 pada tanggal 31 Oktober 2000 akan mendirikan Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Syailendra yang yang beralamat di Jl. Salatiga–Kopeng Km.12, Deplongan–Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berdirinya STAB Syailendra didasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Nomor: DJ.VI/51/SK/2002 tanggal 30 Juli 2002. Sedangkan Yayasan Sammasambodhi didirikan pada 31 Oktober 2000 oleh Bhikkhu Jotidhamo Thera, M.Hum., dan pengurus serta anggota PD Magabudhi Jawa Tengah. Yayasan Sammasambodhi selanjutnya berubah menjadi Yayasan Pendidikan Dharma Syailendra (YPDS) pada 10 Juli 2007. Adapun pembina YPDS saat ini adalah Bhikkhu Dr. Jotidhammo, Mahathera selaku ketua pembina dan Bhikkhu Sri Paññavaro, Mahathera sebagai anggota beserta dua bhikkhu putra daerah yaitu Bhikkhu Abhayanando, Mahathera dan Bhikkhu Tejanando, Thera.
Berdirinya STAB Syailendra sejalan
dengan program pemerintah dalam peningkatan pendidikan yang berguna untuk
ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
bernegara menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki budi pekerti yang luhur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945. STAB Syailendra
mengakomodasi kebutuhan pendidik/guru pendidikan
agama Buddha dan dhammaduta yang profesional. Pendidik yang profesional diharapkan
dapat memberikan pelayanan pendidikan dan
penerangan agama Buddha yang memadai sesuai dengan nilai-nilai Buddha Dhamma dan Pancasila serta perkembangan
zaman. Umat Buddha di Indonesia dapat
melanjutkan studi di STAB Syailendra guna meningkatkan
budi pekerti atau karakter, memajukan pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan, lingkungan, dan alam.
Menjadi STAB yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berdasarkan nilai-nilai Buddha Dhamma dan Pancasila.
1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan insan cendekia berdasarkan nilai-nilai Buddha Dhamma dan Pancasila, 2. Melaksanakan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, agama, dan seni budaya, 3. Melaksanakan pengabdian masyarakat sebagai penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, agama, dan seni budaya, 4. Melaksanakan pengelolaan administrasi lembaga yang transparan dan akuntabel.